Harapan PSK Juga Ingin Mendapatkan Belahan Jiwa - Jodoh merupakan rahasia Tuhan. Tidak ada yang tahu datangnya kapan. Termasuk bagi para pekerja seks komersial (PSK). Diam-diam mereka pun menginginkan pasangan hidup dan menjalani rumah tangga hingga tua, persis orang kebanyakan.
Sinta,32 tahun, (bukan nama sebenarnya) seorang PSK biasa mangkal di jalan raya Bekasi Timur, seberang penjara cipinang, mengungkapkan hal itu. "Ya, siapa juga tidak ingin berumah tangga. Pasti mau, lah," ujarnya saat ditemui merdeka.com tengah mencari pelanggan.
Keinginannya untuk menikah sebab masalah keuangan. Sinta tidak menampik membayangkan betapa enaknya punya suami bisa memberikan nafkah lahir dan batin. Paling tidak masa tuanya bakal terjamin, juga anak-anaknya. Sinta memang belum punya buah hati, tapi angannya sudah jauh. Masalah timbul saat muncul pertanyaan, adakah orang yang mau memperistri PSK?
Pertanyaan ini bukan tanpa dasar. Pekerjaan menjajakan tubuh kerap dinilai hina. Stigma masyarakat, terutama dari kalangan baik-baik dan terpandang sudah barang tentu mencari pasangan sepadan. Sinta paling banter pacaran dengan bandar judi, pedagang asongan, hingga pengguna narkoba. Mereka yang juga di jalanan.
"Ada sih orang kantoran yang menjadikan saya selingkuhan, tapi ya cuma pemuas nafsu aja. Gak dinikahin," ujar Sinta.
Perempuan PSK yang mangkal di pinggir jalan atau di lokalisasi memang apes. Tidak seperti pelacur kelas mahal yang isunya bisa menikahi konglomerat walau nikah siri, mereka tidak berani bermimpi sejauh itu. Pada akhirnya khayalan kawin menguap begitu saja.
Nampaknya hal ini pula yang jadi alasan pemerintah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, berencana mendirikan biro jodoh khusus untuk para PSK. Mereka ingin menjadi jembatan penjaja tubuh supaya insyaf dan menjalani kehidupan normal di tengah masyarakat.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Madiun, Endang Suwarsih mengatakan PSK ingin mengikuti biro jodoh ini nantinya mendapat bekal surat keterangan soal kondisi kesehatan, terutama kelamin dan reproduksi. Ini penting sebab mereka bergonta ganti pasangan melayani lelaki mana pun. "Misalnya, bebas virus HIV dan AIDS," kata Endang.
Program ini masuk dalam rencana pengentasan PSK dan penutupan lokalisasi Wisma Harapan Gude, Kecamatan Jiwan. Bantuan lainnya yakni pelatihan keterampilan dan memberikan modal usaha sekitar Rp 3 Juta per orang.
Namun ini bukan perkara mudah. AIDS Watch Indonesia menanggapi berita itu dengan pesimis. Menurut mereka, sudah banyak program rehabilitasi pelacuran gagal total sebab tidak pernah menjamin matinya regenerasi PSK.
Setiap program hanya meminta PSK insyaf, sementara bisnis ini juga tidak akan berjalan tanpa adanya pengguna jasa pelacur. "Langkah terbaik mengajak laki-laki hidung belang insyaf dan tidak menggunakan jasa mereka lagi," tulis AIDS Watch Indonesia dalam situsnya, aidsindonesia.com.
Meski demikian, harapan setiap program baik selalu ada. Bukan tidak mungkin, program sedang dilakukan pemerintah Kabupaten Madiun bakal berhasil dan banyak mempertemukan PSK dengan jodohnya.
[lia]
Sumber:http://www.merdeka.com
ilustrasi |
Sinta,32 tahun, (bukan nama sebenarnya) seorang PSK biasa mangkal di jalan raya Bekasi Timur, seberang penjara cipinang, mengungkapkan hal itu. "Ya, siapa juga tidak ingin berumah tangga. Pasti mau, lah," ujarnya saat ditemui merdeka.com tengah mencari pelanggan.
Keinginannya untuk menikah sebab masalah keuangan. Sinta tidak menampik membayangkan betapa enaknya punya suami bisa memberikan nafkah lahir dan batin. Paling tidak masa tuanya bakal terjamin, juga anak-anaknya. Sinta memang belum punya buah hati, tapi angannya sudah jauh. Masalah timbul saat muncul pertanyaan, adakah orang yang mau memperistri PSK?
Pertanyaan ini bukan tanpa dasar. Pekerjaan menjajakan tubuh kerap dinilai hina. Stigma masyarakat, terutama dari kalangan baik-baik dan terpandang sudah barang tentu mencari pasangan sepadan. Sinta paling banter pacaran dengan bandar judi, pedagang asongan, hingga pengguna narkoba. Mereka yang juga di jalanan.
"Ada sih orang kantoran yang menjadikan saya selingkuhan, tapi ya cuma pemuas nafsu aja. Gak dinikahin," ujar Sinta.
Perempuan PSK yang mangkal di pinggir jalan atau di lokalisasi memang apes. Tidak seperti pelacur kelas mahal yang isunya bisa menikahi konglomerat walau nikah siri, mereka tidak berani bermimpi sejauh itu. Pada akhirnya khayalan kawin menguap begitu saja.
Nampaknya hal ini pula yang jadi alasan pemerintah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, berencana mendirikan biro jodoh khusus untuk para PSK. Mereka ingin menjadi jembatan penjaja tubuh supaya insyaf dan menjalani kehidupan normal di tengah masyarakat.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Madiun, Endang Suwarsih mengatakan PSK ingin mengikuti biro jodoh ini nantinya mendapat bekal surat keterangan soal kondisi kesehatan, terutama kelamin dan reproduksi. Ini penting sebab mereka bergonta ganti pasangan melayani lelaki mana pun. "Misalnya, bebas virus HIV dan AIDS," kata Endang.
Program ini masuk dalam rencana pengentasan PSK dan penutupan lokalisasi Wisma Harapan Gude, Kecamatan Jiwan. Bantuan lainnya yakni pelatihan keterampilan dan memberikan modal usaha sekitar Rp 3 Juta per orang.
Namun ini bukan perkara mudah. AIDS Watch Indonesia menanggapi berita itu dengan pesimis. Menurut mereka, sudah banyak program rehabilitasi pelacuran gagal total sebab tidak pernah menjamin matinya regenerasi PSK.
Setiap program hanya meminta PSK insyaf, sementara bisnis ini juga tidak akan berjalan tanpa adanya pengguna jasa pelacur. "Langkah terbaik mengajak laki-laki hidung belang insyaf dan tidak menggunakan jasa mereka lagi," tulis AIDS Watch Indonesia dalam situsnya, aidsindonesia.com.
Meski demikian, harapan setiap program baik selalu ada. Bukan tidak mungkin, program sedang dilakukan pemerintah Kabupaten Madiun bakal berhasil dan banyak mempertemukan PSK dengan jodohnya.
[lia]
Sumber:http://www.merdeka.com
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !